Bogor – Puluhan seniman teater kampus Bogor memenuhi auditorium Perpustakaan Daerah Kota Bogor untuk merayakan Hari Teater Sedunia yang jatuh pada 27 Maret. Tingginya antusiasme para seniman ini membuat aula penuh. Beberapa dari mereka bahkan harus rela duduk di lantai.
Peringatan Hari Teater Sedunia menjadi penting bagi seniman teater karena menjadi momen silaturahmi, berbagi cerita, hingga unjuk karya. Yang istimewa dari peringatan Hari Teater Sedunia tahun ini di Kota Bogor adalah lahirnya karya tulis dari para seniman teater Bogor, yakni berupa buku antologi naskah drama dengan judul “Persembahan untuk Jiwa-Jiwa Resah”.
Salah satu penulis dan inisiator buku ini, Deden Fahmi Fadillah mengungkapkan bahwa buku ini lahir dari sebuah tantangan kepada dirinya sebagai lulusan program studi Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia untuk menciptakan naskah drama. Awalnya, kata Deden, tantangan ini hanya bertujuan agar kelompok teaternya kala itu, Teater Diksatrasia, bisa mementaskan naskah dramanya sendiri, tidak melulu naskah drama orang lain.
Dari sinilah kemudian tercetus ide untuk mengumpulkan naskah drama karya seniman teater dari Teater Diksatrasia menjadi buku.
“Saya ditanya apa tidak malu selalu pentasin karya orang. Kita kan orang pendidikan sastra dan bahasa Indonesia. Masa gak bisa bikin naskah sendiri? Akhirnya saya bikin. Lalu ajak yang lain bikin juga,” cerita Deden saat peluncuran buku antologi naskah drama “Persembahan untuk Jiwa-Jiwa Resah”, Rabu (27/3/2024).
Deden mengaku tidak mudah mengumpulkan karya naskah drama yang berkualitas. Ia menyebut ada puluhan penulis yang ingin bergabung dalam buku ini. Namun, akhirnya hanya enam yang masuk.
“Prosesnya tidak mudah karena harus melewati kelas menulis. Bahkan dari dasar penulisan naskah drama juga dimasukkan dalam proses ini,” ujar Deden.
Kolaborasi Lintas Sebsektor Ekraf
Forum Ekonomi Kreatif Kota Bogor, Reka Bogor menyambut baik lahirnya buku antologi naskah drama ini. Ketua Reka Bogor, Georgian Marcello menyebut, buku ini adalah contoh sukses kolaborasi lintas subsektor yang ada di Reka.
Pria yang akrab disapa Jorji ini mengungkapkan, selama ini Reka aktif memetakan 17 subsektor ekonomi kreatif yang ada di Kota Bogor dan mengolaborasikannya dalam beberapa kegiatan.
“Reka itu emetakan dan menjahit 17 subsektor yang ada di Kota Bogor. Dan buku antologi naskah drama ini adalah bentuk pertemuan 2 subsektor, seni pertunjukan dan penerbitan,” kata Jorji dalam sambutannya.
Senada dengan Reka, Pemerintah Kota Bogor pun mendukung lahirnya karya-karya seni di Kota Bogor. Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor, Ervin sangat mengapresiasi karya seniman teater ini.
Ia berharap buku antologi naskah drama ini menjadi inspirasi bagi para seniman teater lain untuk kembali memeriahkan seni pertunjukan di Kota Bogor.
“Cerita sudah bagus. Hanya tinggal menunggu mengaplikasikan dari temen-temen teater, kapan anak-anak teater bangkitnya. Dan semoga buku antologi ini akan menjadi inspirasinya,” ujar Ervin.
Selain Ketua Reka Bogor dan Kabid Ekraf yang mewakili Kepala Disparbud, hadir pula Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan, Rudiyana dan perwakilan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Bogor.
Dari komunitas teater, tak kurang dari 100 orang yang hadir. Mereka di antaranya berasal dari komunitas teater pelajar, teater kampus, hingga teater independen.
Acara peringatan Hari Teater Sedunia ini merupakan inisiasi dari Forum Teater Bogor bersama Teater Diksatrasia FKIP Universitas Pakuan. Terselenggaranya acara ini juga tak lepas dari dukungan penuh Reka Bogor sebagai motor penggerak ekonomi kreatif di Kota Bogor.