Alih Fungsi Bogor Creative Center adalah Simbol Kemunduran Ekonomi Kreatif Jawa Barat

Kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengalihfungsikan Gedung Bogor Creative Center yang berlokasi di Jalan Arsitek F Silaban, Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, kini menjadi tempat pelayanan pajak Samsat Bogor, ditandai sebagai simbol kemunduran ekonomi kreatif Jawa Barat. Banyak pelaku ekraf dan komunitas di Kota Bogor kehilangan tempat yang biasa digunakan sebagai ruang inkubasi berbagai program kolaborasi. Komunitas Rembuk Kreatif (REKA) Bogor mendorong agar Pemerintah Kota Bogor dapat memberikan fasilitas pengganti Gedung Bogor Creative Center (BCC) sebagai tempat aktivasi berbagai kegiatan ekraf. 

“Untuk Kota Bogor yang punya visi sebagai Kota Sains Kreatif hingga tahun 2045, kebijakan ini sebenarnya adalah sebuah kemunduran. Ada kekecewaan juga dari teman-teman pelaku Ekraf. Karena BCC adalah tempat kami berkumpul dan menyelenggarakan kegiatan Ekraf,” ujar Ketua REKA Bogor, Georgian Marcello.

dokumentasi: Bogor Book Party
dokumentasi: Bogor Book Party

Bogor Creative Center dahulu biasa menjadi tempat digunakannya sebagai ruang kolaborasi dan berekspresi untuk banyak komunitas. BCC telah menjadi tempat berkumpul dan membuat agenda kegiatan yang bermanfaat oleh komunitas-komunitas kreatif, seperti pameran seni, booktalk, workshop dan lain sebagainya. “Kami dari Komunitas Bogor Book Party sudah berkegiatan di Bogor Creative Center (BCC) sejak 22 Januari 2024, komunitas kami rutin berkegiatan di BCC setiap hari minggu pagi, dari mulai baca buku bareng di area outdoor BCC yang bisa dihadiri sampai 100 orang lebih, pameran, booktalk, workshop, dan waktu itu sempat membuat agenda pembukaan anniversary komunitas di BCC, dan kami sering kali mengadakan agenda kolaborasi bersama teman-teman dari komunitas lain.” Ujar Bhakti, Anggota Komunitas Bogor Book Party.

Dokumentasi: SMX School of Makers
Dokumentasi: SMX School of Makers

SMX School of Makers juga pernah menggelar kegiatan di Bogor Creative Center. Agus Gusnul Yakin, Co-Founder SMX School of Makers mengatakan semenjak BCC beralih fungsi jadi Samsat, penyelenggaraan kegiatan dari SMX yaitu Bogor Makers Fair jadi dialihkan ke Perpustakaan Kota Bogor. Hal ini menjelaskan bahwa diperlukannya pengganti BCC sebagai tempat penyelenggaraan event-event kreatif. “Sejak 2022, SMX School of Makers mengadakan event tahunan Bogor Makers Fair (BMF) bagi pelajar tingkat SMP dan SMA di BCC. Penyelenggaraan BMF ke-4 tanggal 17 Mei 2025 nanti kami selenggarakan di Perpustakaan Kota Bogor karena BCC tidak bisa lagi digunakan.” Ujarnya.

Dokumentasi: Komunitas Film Bogor
Dokumentasi: Komunitas Film Bogor

Banyak sekali kegiatan-kegiatan komunitas yang tertunda bahkan terpaksa harus dibatalkan akibat pengalihan Bogor Creative Center menjadi Kantor Layanan Pajak Samsat ini. Komunitas Film Bogor juga termasuk salah satu komunitas yang sering mengadakan berbagai kegiatan di Bogor Creative Center, seperti yang dikatakan oleh Bella selaku anggota dari Komunitas Film Bogor bahwa mereka sering menggelar berbagai kegiatan, mulai dari Festival Film Bogor (2022 – 2023), Sayembara Ide Cerita Film Pendek Bogor 2023, Proses pra-produksi film pendek Asa Rasa di Suryakencana 2023, Proses pra-produksi film pendek Cerita Cinta Bunga Matahari dan Rembulan 2024, Workshop, nobar, diskusi dan program lainnya.

 

Dokumentasi: Jempling Mime Studio

Selain itu ada dari Komunitas Jempling Mime Studio yang sering kali terlibat dalam acara ekonomi kreatif di Kota Bogor, khususnya dalam bidang seni pantomim baik sebagai pengisi acara, pengajar, maupun fasilitator workshop. Untuk kegiatan lainnya, Komunitas Jempling Mime Studio juga kerap kali latihan bersama dan terbuka di halaman BCC dengan mengajak profesional pantomim dari luar kota untuk diskusi dan latihan bersama di sana. BCC menjadi tempat bertemu lintas disiplin dan domisili, ujar Bangzhai dari Komunitas Jempling Mime Studio.

 

Dokumentasi: Teater Genta

 

Masyarakat menyebutkan Bogor Creative Center terbilang lokasi yang sangat strategis karena lokasinya berada di tengah Kota Bogor. “Lokasi BCC itu sangat strategis di tengah Kota Bogor, dekat juga dengan stasiun, jadinya sangat inklusif bagi warga Bogor untuk menuju & berkumpul di BCC.” Ujar Hada dari Komunitas Teater Genta.

 

Dokumentasi: Komunitas Silih Asah

 

Jika dilihat dari sudut pandang Komunitas Silih Asah, Tia sebagai Anggota Komunitas Silih Asah mengungkapkan, “Kami rutin memakai ruangan di BCC sejak 2022. Kalo tidak salah diawali dari kegiatan membuat Reading Grup (Membaca Raden Saleh) bersama para penulis novel Pangeran dari Timur, di bulan September tahun 2022, di gedung Karesidenan. Sejak itu kami rutin meminjam beberapa ruangan BCC untuk kegiatan komunitas kami, yaitu komunitas Silih Asah Bogor, komunitas homeschooler yang memang tidak memiliki basecamp tetap/gedung seperti sekolah. Sebelumnya kami berpindah-pindah tempat menggunakan fasum seperti Taman Sempur, Taman Heulang, Taman Koleksi, atau rumah anggota. BCC menjadi pilihan terbaik bagi kami yang mana anggota kami banyak yang bisa menggunakan angkutan massal seperti angkot maupun kereta. Kami menggunakan BCC secara rutin setiap hari Senin dan Kamis untuk melakukan kegiatan kelas STEAM, Matematika, Book Club, dan Teater. Kami juga belajar kreasi, Cooking class, Ecopedagogy dan Permaculture class disana. Beberapa kali kami juga membuat event di BCC seperti Kelas Logika Dasar untuk Remaja, Sarasehan Silih Asah Bogor dan Pentas Aksi. Komunitas lain yang berjejaring dengan Silih Asah Bogor yaitu Cadoedasa juga pernah membuat kelas Sketsa di BCC. Silih Asah Bogor juga pernah berkolaborasi dengan REKA membuat kelas MeReka (cooking, crochet dan apresiasi Puisi)” Ungkapnya.

Beberapa komunitas-komunitas lainnya, seperti Komunitas Bogor Book Party yang mengeluhkan bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi tidak berbarengan dengan solusi. “Tentu kaget banget, kita semua tau BCC jadi rumah buat berbagai komunitas di Bogor dan ini jadi problem lagi pastinya buat kawan-kawan komunitas, sebab mereka harus kehilangan tempat berekspresi, kami dari Bogor Book Party benar-benar keteteran untuk mencari tempat yang benar-benar cocok untuk berkegiatan, harus ngungsi sana-sini, riset lagi, jadi susah pokoknya, terlebih kebijakan yang dikeluarkan tidak berbarengan dengan solusi.” Ujar Bhakti.

Tidak hanya Komunitas Bogor Book Party yang memiliki keluhan terkait permasalahan ini, tetapi masih banyak komunitas lain yang memiliki keluh kesah yang sama. Komunitas Film Bogor juga menyayangkan hal serupa dengan komunitas-komunitas lain bahwa BCC merupakan ruang publik yang tergolong mudah dalam proses pengajuan peminjaman tempat, sehingga membuat banyak pelaku ekraf yang melakukan aktivasi program di BCC dengan segala kekurangannya.”Kami menyayangkan terkait hal ini. Di mana sepertinya banyak pelaku ekraf sepakat BCC adalah ruang publik yang tergolong mudah dalam proses pengajuan pinjamannya. Sehingga banyak pelaku ekraf yang melakukan aktivasi program di BCC dengan segala kekurangannya” ujar Bella.

Bogor Creative Center tidak pernah sepi dari berbagai kegiatan kreatif kaum muda, karena keberadaan BCC sangat penting sebagai ruang ekspresi dan apresiasi bagi komunitas kreatif dari kalangan muda Bogor. “Sangat menyayangkan alih fungsi BCC menjadi Samsat. Keberadaan BCC sangat penting sebagai ruang ekspresi dan apresiasi bagi komunitas kreatif dari kalangan muda Bogor. Terbukti BCC tidak pernah sepi dari berbagai kegiatan kreatif kaum muda.” Ujar Gusnul, Co-Founder SMX School of Makers.

Beberapa opini dari Komunitas Jempling Mime Studio, melihat kelompok seni dan kreatif di Bogor, meski sederhana dan kecil, mereka sudah memiliki tempat untuk berkarya, berinovasi, dan memproduksi karya seni mereka. Sempat antusias dengan BCC karena banyak pelaku ekraf dan komunitas butuh ruang kolaborasi, ruang untuk bertemu seniman lain, melibatkan masyarakat, dan membangun ekosistem kreatif bersama. “Kami tidak menuntut pemerintah memenuhi keinginan kami, karena kami sudah mandiri sejak lama. Tapi jika kita bicara keseimbangan kota, kami percaya ruang publik untuk kolaborasi seni sangat diperlukan.” Ujar Bangzhai

 

Dokumentasi: Langsung Enak

Komunitas Langsung Enak yang pernah menyelenggarakan kegiatan baking demo dan kegiatan latihan bareng bikin kue, merasa sulit mencari tempat seperti BCC untuk berkreasi dan karena BCC pun tempatnya sangat terjangkau. Makanya sangat di sayangkan, dan membuat bingung pelaku Ekonomi Kreatif jika akan berkegiatan lagi, akses satu satunya hanya di BCC.

Rinceu, dari Komunitas Langsung Enak mengatakan “Harapan kami, semoga gubernur terbuka hatinya untuk menyediakan tempat anak muda bebas berkreativitas, jangan sampai anak yang biasanya berkreativitas ada tempatnya jadi dialihkan ke Barak Militer.” Ujarnya.

Banyak komunitas yang menyayangkan gedung seindah dan se unik BCC dan Karesidenan yang bersejarah dijadikan samsat. Padahal gedung tersebut bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat komunal, kreativitas, budaya, dan seni. “samsat gak perlu memakai gedung BCC ataupun Karesidenan. Kedua gedung tersebut lebih baik digunakan untuk kegiatan yang bersifat komunal, kreativitas, budaya, dan seni.” Ujar Tia.

Pelaku ekraf dan komunitas banyak berpikir tentang kabar Gedung Bogor Creative Center akan direnovasi, karena memang masih banyak kekurangan gedung BCC yang perlu diperbaiki selayaknya ruang auditorium yang bergema, toilet yang kurang nyaman, dan masih banyak kotoran hewan kelelawar.

“Kami pikir ketika ada kabar BCC mau direnovasi, itu membawa kabar gembira bagi pengguna, karena memang masih ada kekurangan BCC seperti ruang auditorium yang bergema, kamar mandi yang kurang nyaman, dan banyaknya kotoran kelelawar. Harapan kami pemerintah mempertimbangkan keberadaan BCC sebagai tempat komunitas-komunitas Bogor berkarya, berekspresi, belajar. Karena sebuah kota yang sehat itu seharusnya memberi fasilitas tersebut, ketika ada hobi dan kegiatan positif disalurkan, remaja akan menekuni minatnya dan kenakalan remaja akan teratasi.” Ungkap Tia.

Keresahan juga dirasakan Komunitas Dongeng Kota Hujan yang pernah beberapa kali menggunakan BCC untuk berkegiatan, karena BCC sendiri sangat membantu bagi komunitas-komunitas yang tidak memiliki sumber daya tempat yang cukup memadai untuk berkumpul dan berkegiatan. Sebab dari beberapa aspek, BCC menyediakan hal-hal yang diperlukan komunitas-komunitas untuk berkembang.

“Harapannya semoga bapak Gubernur sendiri dapat meninjau kembali dari berbagai sisi sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih berpihak pada insan kreatif, karena sebetulnya yang butuh diperhatikan bukan hanya yang membutuhkan bantuan tapi juga yang membutuhkan ruang untuk berkembang” ujar Anugrah, dari Komunitas Dongeng Kota Hujan.

Para komunitas seni sebetulnya hanya ingin tahu bagaimana pemerintah kota memandang ruang seni, dan berharap Pemerintah Kota dapat memberi respon. Ini bukan soal BCC semata, tapi soal ruang seni kolaboratif yang sudah memberi manfaat dan nilai ekonomi bagi masyarakat. Teman-teman komunitas tidak minta didengar justru ingin mendengar bagaimana Pemerintah Kota Bogor merespons persoalan ini. Karena semenjak dikeluarkannya kebijakan Pemerintah Jawa Barat, banyak menimbulkan keresahan dan keluh kesah pelaku ekonomi kreatif dan komunitas-komunitas yang telah kehilangan tempat, yang biasanya menjadi ruang berekspresi, berkembang dan berkolaborasi dalam mengembangkan kreativitas muda untuk bersama-sama menumbuhkan ekonomi kreatif Kota Bogor. Maka kami berharap Gubernur dan Pemerintah Kota memiliki solusi dalam mengatasi permasalahan ini.